Senin, 10 Januari 2011

Si Pria Tak Mengenal Lelah

Pagi masih menyisakan rasa dingin. Daun-daun pohon dan rerumputan
masih basah oleh embun. Cicit suara burung mulai terdengar.
Beberaa ekor burung pipit tampak terbang ke arah timur seolah
menuju kaki langit yang memancarkan cahaya jingga.

Ketika cahaya matahari menyentuh pucuk-pucuk pohon,
pintu sebuah rumah sederhana terbuka. Seorang laki-laki keluar dari pintu
membawa cangkul. Ia adalah seorang petani yang rajin bekerja.
Meskipun ladang yang di milikinya tidak meluas, tetapi hasil panennya
selalu melimpah karena Ia pandai mengolahnya.

Setelah berjalan kaki menuruni bukit, Ia sampai di ladangnya.
Ladang itu di tanami berbagai macam tanaman seperti jagung, singkong,
dan sayur-sayuran. Sayur-sayuran tersebut adalah tomat, bayam, selada,
buncis, dan wortel. Semua tanaman itu tumbuh subur dan terawat dengan baik.

Ia pun mulai bekerja. Rumput-rumput yang mengganggu tanaman di bersihkannya
dengan cangkul, ranting-ranting di potongnya, dan daun-adun kering
di pangkasnya. Tidak terasa waktu merambat semakin siang. Sambil menunggu istrinya
mengantarkan makan siang, Ia beristirahat di dangau yang terletak di pojok
Ladang. Dari atas dangau, Ia pun tersenyum puas menyaksikan hasil jerih
payahnya selama ini. Kerja keras memang harus di lakukan
karena ladang itulah tempat Ia menaruh seribu harapan.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda